Arsip untuk Februari 11, 2011

UMPAN DI MEJA TEBU + PENEKAN TOMBOL KREPYAK MINI.

  1. Umpan tidak tumpuk antar lori/truk agar kemurnian sampling nira NPP tercapai.
  2. Kerataan umpan ( tebal/tipis umpan merata) agar kapasitas giling perjam ajeg dan HPB I optimum, sehingga sampling nira representatif untuk satu lori / satu truk yang dianalisa.
  3. Ketelitian pencatatatan nomer lori/truk yg diumpankan ke meja tebu dan pencatatan ke lembar kerja laboratorium NPP
  4. Ketepatan saat menekan tombol krepyak mini oleh petugas tombol agar sampling nira yang terambil tepat.
  5. Ketelitian pencatatan nomer analisa dan nomer truk/lori pada lember kerja dan display.

GILINGAN I

  1. Kerataan umpan sesuai ssetting gilingan menentukan kinerja gilingan I (HPB I)
  2. Semakin tinggi HPB I, makin representatif sampling NPP sehingga hasil analisa RS semakin akurat
  3. Tebu kotor, wayu, muda, tidak MBS, mempengaruhi gilingan.

METODE SAMPLING NPP

1. Menggunakan krepyak mini dengan cara kerja sebagai berikut:

Krepyak mini adalah miniatur krepyak gilingan besar, dihubungkan secara mekanis dengan gilingan besar sehingga jumlah putaran krepyak mini dan krepyak besar sama

Perjalanan kelereng pada krepyak mini sama dengan perjalanan tebu ampas/ampas/nira yang ada di krepyak besar/gilingan I/nira perahan pertama dari gilingan I

Sampel NPP diambil secara otomatis melalui penampungan/pembuangan nira dimejja putar yang digerakkan secara elektrik (limit switch). Kerja meja putar ditentukan oleh perjalanan kelereng logam yang keluar dari contactor akibat penekanan tombol yang dlakuakan oleh petugas tombol meja tebu.

Akurasi sampel NPP ditentukan oleh:

Ketepatan saat penekanan tombol dan pencatatan nomer analisa pada display maupun lember kerja lab NPP.

Umpan tebu ke meja/krpyak yang tidak tumpuk anatar lori/truk

Akurasi kerja krepyak mini ( kelancaran kelereng signal lampu, display, kelancaran meja putars, dan kelancaran aliran nira NPP dalam talang nira)

Keteilitian mencatat, memindah sampel NPP ke ember analisa/tabung mol/gelas ukur.

Pekerjaan analisa lori per lori adalah menit ke menit sepanjang 24 jam terus menerus. Jadi bagaimana mengatur petugas jaga lab NPP untuk terus siaga adalah kunci akurasi sampel.

PENGUKURAN DAN PENCATATAN BRIX, POL, DAN SUHU BACA

Pengukuran brix:

Menggunakan alat tabung mol dan brix weigher

Waktu tunggu 10 menit bisa diperoleh dengan menyesuaikan jumlah tabung mol dengan kapasitas giling.

* contoh : untuk kapasitas giling 30.000 ku/hari. Untuk menggiling satu truk atau lori dengan berat rata-rata 60 ku/truk dibutuhkan waktu 2 menit 44 detik atau dibulatkan 2.5 menit per lori/truk. Jadi tabung mol yang disediakan harus 8 buah.

*  cara ukur sebagai berikut:

–    rak analisa dibagi menjadi 2 kelompok A dan B

–    pada rak A dan B masing-masing dibuat lubang 4 buah untuk tempat tabung mol.

–    Masing-masing tabung mol berisi sampel dari satu loti/truk

–    Tabung mol nomer 1 diukur jka tabung mol nomer 5 mulai di isi, nomer 2 diukur jika tabung nomer 6 di isi, dst

–    Karena satu tabung = 2.5 menit, maka waktu mengisi tabung nomer 1 sampai dengan nomer 4 = 2.5x 4= 10 menit

 

Makin cepat kapasitas giling, makin banyak tabung mol yang harus disediakan agar waktu tunggu 10 menit bisa terpenuhi

  1. Ketelitian mencatat nomer analisa, mengisikan sampel NPP sesuai nomer analisa & tabung mol, serta tertib urutan mengisi/mengukur brix sangat menentukan akurasi hasil pengukuran brix.
  2. Pengukuran pol

o   Menggunakan gelas ukur untuk menampung nira tapis, pol buis dan sucromat/polarimeter s + larutan Pb acetat.

o   Jumlah dan penomeran gelas tapis harus sama dengan tabung mol. Demikian juga urutan dalam rak penapisan NPP

o   Pengukuran pol dengan sucromat harap memperhatikan kemungkinan sudah melarnya karet motor pada sucromat

o   Ketelitian mencatat hasil pol serta kesesuaian dengan nomer analisa/angka brix.

o   Angka pol baca (sukromat yang wajar adalah  ± 3x dari angka brix baca sehingga HK 75-80. jika terjadi penyimpangan angka pol sebaiknya di sesuaikan dengan dasar angka brix, jadi pengamatan angka brix harus lebih teliti dari kemungkinan busa/buih yang lain. Bila memungkinkan waktunya, sebaiknya pengukuran pol harus diulang sehingga nira tapis digelas ukur harus disisakan untuk keperluan mengulang pengamatan pol. Selain itu pol menyimpang juga bisa diamati dengan pengamatan glucosa rastio yang bisa dilihat pada sukromat.

 

INPUT DATA KE KOMPUTER

1. Lembar kerja laboratorium NPP meliputi:

Pencatatan bobot timbang untuk masing-masing nomer truk/lori tebu-tebu yang akan digiling ( TUGAS RIETELLER)

Lembar kerja yang berisi nomer lori/truk dan nomer analisa (tugas dari petugas tombol dimeja tebu)

Lembar kerja yang berisi angka brix dan pol baca, suhu serta nomer analisa (tugas dari petugas lab NPP —analisa brix dan pol)

2. Semua data diatas kemudian direkap dalam satu lembar kerja komplit ( nomer truk/lori, nomer analisa, nomer bobot tebu, mutu tebu, brix baca, pol baca dan suhu) — tugas mandor shift NPP

3. Semua data nomer 2 di inputkan ke komputer NPP oleh petugas komputer

4. Mandor NPP membuat catatan RS per jam untuk kepentingan taksasi produksi bersama bagian pengolahan

5. RC litbang memandu pelaksanaan kerja laboratorium NPP mulai dari reiteller s/d nomer 4

 

CATATAN TAMBAHAN

  1. Di atas meja tebu juga ada petugas pengamat mutu tebu yang duduk disamping petugas tombol dan petugas operator umpan
  2. Kalibrasi krepyak mini perlu dilakukan secara periodik
  3. Press proef juga perlu dilakukan secara periodik.

 



I. FASE PERKECAMBAHAN (GERMINATION)

A. Prolog

Tanaman tebu dapat dibiakkan melalui benih (seeds), kultur jaringan (tissue culture), dan stek (cuttings), secara umum pembiakan dilakukan melalui stek yang mengandung satu mata atau lebih.

Stek ada 2 macam yaitu: stek pucuk (top cuttings), atau juga disebut bibit pucuk/top stek; dan stek batang (stalk cuttings) atau biasa disebut bibit bagal. Pada bagian atas batang tanaman tebu/pucuk sedikit sekali mengandung sukrosa dan kaya akan kandungan zat melasigenik seperti amilum. Hal ini memungkinkan untuk supply nutrient bagi tujuan penanaman karena selain itu pada pucuk relative terdapat banyak mata tunas sehingga sangat memungkinkan untuk pembibitan.

Catatan: di jawa stek dikembangkan menjadi bibit rayungan, bibit dederan & bibit ceblokan, yang oleh Van dllwijn disebut developed buds ( mata yang telah tumbuh)

Perkecambahan merupakan fase kritis bagi kehidupan tanaman tebu, perkecambahan yang baik adalah modal dasar yang baik bagi keberhasilan kebun (safe crop). Pada fase ini banyak dipengaruhi oleh kelembaban dan temperature, dimana ketika temperature dan kelembaban pada kondisi optimal maka tanda pertama dari perkecambahan adalah adanya perubahan warna akan mulai nampak setelah 24 jam. Sehari setelahnya Akar primer akan tumbuh dan diikuti selanjutnya dengan daun pertama.

Ada substansi keteraturan tumbuh bagi mata tunas yang terdapat pada masing-masing buku ruas batang tebu , pertama mata tunas tidak akan berkembang menjadi tunas baru apabila titik tumbuh pada pucuk batang tebu tidak dipotong, terluka, terserang hama penyakit, berbunga, batang tebu roboh, keracunan herbisida, dll, kedua secara normal mata tunas akan tumbuh secara teratur dan berurutan dimulai dari mata tunas yang terletak pada ruas bagian mata paling pucuk, substansi keteraturan tumbuh ini disebut dominasi pucuk (Top Dominance). Di dalam teori kultur jaringan dominasi pucuk banyak dipengaruhi oleh penambahan zpt auksin.

Untuk mengurangi efek dominasi pucuk sehingga diperoleh perkecambahan yang serempak, maka dapat dilakukan misalnya dengan system rayungan & ceblokan; seleksi pemotongan bibit stek system kandang rase;merendam stek tua yang berasal dari batang bawah ke dalam air selama 12-24 jam sebelum ditanam, dll.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan

Perkecambahan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor-faktor internal (kualitas bibit) maupun faktor-faktor eksternal (lingkungan tumbuh). Pengaruh dari factor-faktor tersebut telah diteliti baik melalui percobaan di greenhouse, laboratorium, dan di lahan. Perkecambahan maksimum hanya terjadi jika faktor internal dan eksternal optimum. Kedua faktor tersebut dalam  batas tertentu bisa dikendalikan dengan teknik budidaya sehingga perkecambahan bisa normal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan diuraikan sebagai berikut:

  1. Factor varietas

–          Setiap varietas memiliki karakter yang berbeda.

–          Ada varietas yang tumbuh akar lebih dulu baru berkecambah dan ada yang sebaliknya.

  1. Faktor geografis

–          Dulu di jawa diyakini bahwa bibitan yang berasal dari tanah berat dan ditanam di tanah ringan akan tumbuh lebih baik dibandingkan bibitan dari tanah ringan dan ditanam di tanah berat.

–          Pada waktu introduksi varietas POJ 2878 ternyata penyakit sereh berkembang di daerah low land (dataran rendah) dan tidak dijumpai di daerah up land (dataran tinggi), sehingga bibitan dari up land akan lebih baik.

–          Dengan bekembangnya teknologi budidaya maka diketahui bahwa bibitan yang berkecukupan air dan nutrisi lebih berkualitas dan cocok untuk semua tipe tanah.

Catatan: saat ini P3GI menganjurkan untuk memilih varietas yang akan ditanam karena setiap varietas hanya unggul untuk satu lokasi (ekolokasi)

  1. Cadangan nutrisi dalam stek

–          Penambahan unsur N dan pemberian air ( pematusan air) yang cukup pada kebun bibit akan menghasilkan perkecambahan lebih baik sekitar 25 % dan secara signifikan dapat mengurangi resiko pada saat perkecambahan bahkan hasil penelitian di India tidak saja meberikan perkecambahan yang lebih baik tetapi juga kandungan gula yang dihasilkan.

  1. Letak ruas pada batang.

–          Posisi mata tunas pada batang atas umumnya mempunyai perkecambahan yang lebih baik daripada posisi mata tunas yang di bawah.

–          Perkecambahan yang paling baik ditemukan pada bagian tiga ruas dari pucuk, dimana mata tunas yang terletak pada ruas batang bagian pucuk (± 3 ruas dari pucuk) berkecambah lebih cepat dan lebih baik. Makin ke atas atau makin ke bawah akan makin lama perkecambahannya, karena makin ke atas tebu terlalu muda dan lembek sedangkan makin ke bawah makin tua yang kemungkinannya sudah rusak.

–          Ruas ke-1 dan ke-2 dari pucuk terlalu muda, lunak dan mudah rusak

–          Batang bagian pucuk memiliki kelembaban, glucose, dan nitrogen lebih tinggi daripada batang bawah tapi sebaliknya rendah kandungan sukrosenya.

–          Mata tunas yang masih terlindungi oleh pelepah daun akan mudah bekecambah daripada mata tunas yang tidak terlindungi.

–          Stek dari batang bawah perlu direndam air selama 12-24 jam sebelum ditanam untuk mempercepat penguraian sucrose menjadi gula sederhana.

  1. Posisi mata pada saat stek ditanam

–          Posisi mata tunas di atas lebih cepat berkecambah daripada posisi mata tunas di samping atau di bawah.

–          Stek mata dua ditanam horizontal dengan posisi mata tunas disamping

–          Rayungan mata satu ditanam miring 450 dengan posisi tunas dibawah.

  1. Panjang stek

–          Stek batang (bagal) bisa dibuat satu mata atau lebih

–          Di jawa kelembaban tanah cukup baik (dengan pemberian air ringan/ebor) sehingga dianjurkan stek mata dua atau rayungan mata satu

–          Semakin panjang jarak potongan dari mata tunas maka perkecambahan semakin baik.

  1. Waktu tunggu antara potong s/d tanam

–          Hasil percobaan di laboratorium penyimpanan selama 6 hari pada kelembaban rendah dan temperature tinggi (32-360c) menghasilkan perkecambahan maksimum sebaliknya penyimpanan pada temperature tinggi dan kelembaban tinggi menghasilkan perkecambahan yang minimum.

–          Penjemuran stek pucuk (top stek) selama 1-2 hari dapat membantu penguraian sucrose dan memepercepat perkecambahan.

–          Untuk stek batang (bagal) disarankan direndam air 12-24 jam atau direndam dalam air panas (Hot Water Treatment) selama 30 menit pada suhu 520c

  1. Kelopak daun (Leaf Sheath)

–          Kebun bibitan di anjurkan tidak diklentek hal ini dilakukan untuk mencegah penguapan/pengeringan agar mata tunas memiliki kelembaban yang tinggi dan terlindungi dari kerusakan.

–          Tetapi sebelum ditanam stek dianjurkan untuk diklentek agar mata tunas dan cincin akar dapat bersentuhan langsung dengan kelembaban tanah dan pertumbuhan tidak terhambat oleh kelopak daun.

–          Di lahan kering, stek dianjurkan tetap diklentek, kelembaban tanah bisa dijaga dengan pemberian tanah penutup stek stebal 1-3 inchi yang dipadatkan (compacting) dan kemudian diberi seresah (trash) diatasnya

  1. Temperature

–          Faktor ekternal yang paling berpengaruh terhadap perkecambahan adalah temperatur. Temperature tanah yang optimum untuk pertumbuhan akar dan tunas adalah 30-400c, temperature 220c adalah batas terendah bagi perkecambahan.

–          Setiap varietas memiliki respon yang berbeda-beda terhadap temperature, ada yang membutuhkan temperature yang rendah untuk perkecambahan ataupun sebaliknya.

  1. Kelembaban Tanah

–          Kelembaban tanah adalah faktor yang sangat penting di dalam perkecambahan.

–          Kelembaban tanah (kedalaman 6 inchi dari permukaan) yang optimum untuk perkecambahan adalah 15-25%

  1. Aerasi tanah

–          Proses perkecambahan disertai dengan kenaikan respirasi, sehingga aerasi tanah merupakan factor yang sangat penting

–          Ada keterkaitan antara kelembaban dan aerasi tanah pada tanah berat, kelembaban tanah yang berlebihan akan mengurangi aerasi tanah sehingga perkecambahan akan jelek.

–          Perkecambahan akan lebih baik pada tanah yang lebih gembur dan porus (aerasi baik)

Catatan: untuk pembukaan lahan di tanah sawah dibutuhkan pendayungan          “uitzuirent” yaitu dengan tahapan setelah lobang 1X maka got didalamkan lagi untuk menurunkan permukaan air tanah, dan kemudian dilaksanaan comal (lobang 2X) untuk mendalamkan lobang tanah, untuk menjemur tanah bahan kasuran (plant bad) dan mengeringkan dasar leng dalam waktu 1-2 minggu setelah comal diharapkan tanah taen comal dan dasar leng menjadi kering sehingga  tanah taen comal sudah boleh diturunkan untuk kasuran.

  1. Ketebalan tanah penutup stek

–          Pada tanah ringan (porus & kering) ketebalan tanah penutup 1-3 inchi menghasilkan perkecambahan terbaik.

–          Pada lahan sawah (kelembaban bisa dijaga dengan ebor), tanah kering bahan kasuran ( ex taen comal) disirat air/diebor merata secukupnya dan tidak terlalu jenuh air. Kelembaban tanah kasuran yang ideal adalah seperti “ unthuk semut” (muddy soil). Stek mata dua ditanam horizontal diatas kasuran dan sisi atas dari stek masih tetap terlihat (seperti debok kentir atau kutuk ngantang)

  1. Perlakukan terhadap stek sebelum ditanam

–          Jika kualitas bibit dan kondisi lingkungan sudah optimum untuk perkecambahan, maka perlakuan stek sebelum ditanam tidak diperlukan.

–          Tetapi jika kualitas bibit atau kondisi lingkungan tidak optimum maka stek perlu diperlakukan secara khusus sebelum ditanam.

–          Perlakuan-perlakuan terhadap stek sebelum ditanam berikut ini dapat merangsang perkecambahan:

  • stek batang bawah direndam dalam air yang mengalir selama 12-24 jam
  • Hot water Treatment dapat mematahkan dormansi selama perkecambahan dan dapat mencegah adanya chlorotic streak disease.
  • direndam dalam larutan kapur selama 18-24 jam dapat meningkatkan hasil lebih dari 50 %
  • ditreatment dengan fungisida dan insectisida. Fungisida dan insectisida bisa dicampur dengan pupuk dasar atau dioleskan pada bekas luka potong, dll.
  • ditreatment dengan Zat Pemacu Tumbuh (ZPT), misalnya dengan direndam dalam larutan chlorohydrins, acetylene, dll.

 

 

II. PERTUNASAN/TILLERING

Perkecambahan yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula, pertunasan merupakan fase berikutnya setelah fase perkecambahan. Pada fase ini akan ditentukan berapa jumlah tunas/anakan yang dibutuhkan supaya mendapat hasil yang baik.

Fase pertunasan merupakan proses keluarnya tunas-tunas anakan baru dari pangkal tebu muda. Proses ini biasanya berlangsung mulai tebu berumur 5 minggu sampai umur 3-4 bulan bergantung pada varietasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertunasan:

  1. Sinar Matahari/light

–          Sinar matahari merupakan factor ekstenal yang paling berpengaruh dalam pertunasan,  pengaruh sinar matahari tergantung pada intensitas dan lamanya penyinaran (day length/lamanya siang dan photoperiodism). Dalam hal ini intensitas penyinaran berasosiasi dengan aktivitas pengiriman subtansi didalam perkecambahan. Menurut hasil penelitian di Hawaii dan Formosa bahwa dengan pendeknya lama penyinaran matahari yang kurang dari 12 jam sehari dapat menurunkan proses terjadinya perkecambahan.

  1. Temperature/suhu

–          Pertunasan akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu sampai maksimal pada suhu sekitar 300c.

  1. Pupuk/fertilizers

–          Penambahan pupuk yang mengandung nitrogen dalam jumlah tertentu akan meningkatkan jumlah tunas/anakan, namun jika terlalu berlebihan penambahan pupuk nitrogen akan cenderung sia-sia hal ini juga berlaku pada aplikasi phospat yang  memberikan effek yang sama seperti penambahan nitrogen. Sedangkan pupuk K yang diperlukan untuk memperkokoh batang tebu yang mulai terbentuk.

  1. Kelembaban tanah/moisture

–          Kelembaban tanah sangat berpengaruh terhadap pertunasan, hal ini dibuktikan oleh Arendsen Hein yang menemukan dengan adanya irigasi  (ample irigation) saja ternyata mampu meningkatkan jumlah panen per hektar walaupun tidak dilakukan pemupukan.

 

  1. Jarak tanam/spacing

–          Jarak tanam antar bibit berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas/anakan, hal ini berkaitan dengan persaingan untuk memperoleh air, hara dan sinar matahari.

  1. Earthing up/pemberian tanah

–          Pemberian tanah pada fase pertunasan sangat diperlukan agar tunas-tunas yang tumbuh tersedia makanan, pemberian tanah yang berlebih dapat mengurangi pertunasan. Upayakan agar tanah yang diturunkan strukturnya lembut dan remah.

  1. Lodging

–          Pada kondisi tebu lodging1 akan terjadi suckers termasuk sogolan, hal ini dikarenakan terjadi kondisi perubahan suhu dan cahaya yang menyebabkan tumbuhnya suckers2, selain itu juga karena melemahnya dominasi pucuk pada tebu rebah sehingga suckers/ tanaman baru bisa muncul dari bawah akar.

  1. Hama dan penyakit/diseases and pest

–          Gangguan hama khususnya pengerek, penyakit dan juga gulma akan ikut menurunkan jumlah tunas.

  1. Pemotongan akar (Pedot Oyot)

–          Pengalaman di jawa telah membuktikan bahwa awal pertunasan dimulai dengan pemotongan tunas/akar yang tepat, tetapi hasil yang sama dapat dicapai dengan cara budidaya yang sederhana, penyinaran yang cukup dan menunda pembumbunan. Pemotongan akar (pedot oyot) dilaksanakan pada daerah yang yang sulit dilakukan budidaya dengan benar contoh di dalam kondisi berawan dan dingin.

  1. Masa tanam/planting time.

–          Jumlah tunas jadi dipengaruhi oleh masa tanam, sejak pembentukan tunas awal sangat dipengaruhi oleh panas dan sinar matahari, pengaruh masa tanam tergantung daerah dan variasi musim. Sebagai contoh di daerah Formosa tebu di tanam pada musim gugur pertunasan maksimum pada saat masa tanam sekitar bulan maret, sedangkan pada musim semi pertunasan  dapat maksimum apabila ditanam sekitar bulan mei.

  1. Sulaman/compensation

–          Tanaman tebu mempunyai kapasitas mengagumkan karena bisa secara alami mengganti tunas/tanaman muda yang mati. Sulaman yang paling baik adalah yang mengunakan dari tebu muda, dimana terdapat banyak mata tunas yang siap menganti tunas/ tanaman muda yang mati.

III. PERTUMBUHAN (GROWTH)

Pertumbuhan sering dikaitkan  dengan pemanjangan, tetapi dalam pengertian paling luas  meliputi peningkatan di dalam kondisi kering seperti halnya peningkatan di dalam ukuran dan berat. fase ini juga disebut fase pertumbuhan besar/grand growth period. Pada fase ini biomassa tebu bertambah secara cepat dengan daun bertambah banyak, diameter batang membesar dan terutama batang tumbuh memanjang dengan menumbuhkan ruas-ruasnya.

Fase ini biasanya berlangsung selama 5-6 bulan, semakin lama fase ini berlangsung akan menguntungkan terhadap biomassa yang di panen terutama pada lahan beririgasi sebaiknya pada akhir fase diusahakan agar jumlah batang masih berkisar 72.500-75000 batang/ha dengan tinggi 2.5-3.0 m dengan berat batang berkisar anatara 1.2 – 1.4 kg/batang

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aerial parts:

  1. Varietas

–          Varietas sangat berpengaruh  dalam  pertumbuhan, ada yang tumbuh dalam waktu yang sangat pendek dan ada yang lama bahkan ada yang bisa tumbuh dalam waktu dua tahun.

  1. Umur tanaman

–          Semakin bertambah umur tanaman perbandingan produksi tehadap konsumsi bagian tubuh tanaman semakin menurun, juga kemampuan merespon factor eksternal juga semakin menurun

  1. Diurnal variation/rata-rata harian siang

–          Pada umumnya pada saat malam hari batang lebih cepat  memanjang daripada pada siang hari. Karena pada waktu malam hari jaringan sel mengandung air terbanyak  dan turgornya terbesar yang disebabkan penguapan sedikit.

  1. Moisture (rain, irrigation, soil moisture)

–          Proses pemanjangan sel berhubungan dengan masukan air, clement and Kubota menyatakan ada korelasi positif antara pemanjangan batang dengan curah hujan.

  1. Pemupukan/fertilizers

–          Pertumbuhan tebu dipengaruhi oleh berapa banyak pupuk yang diberikan serta tergantung unsure hara yang terkandung dalam pupuk tersebut.

  1. Temperature/suhu

–          Setiap kenaikan suhu 100c menyebabakan petumbuhan lebih cepat 2 kali lipat dari biasanya.

  1. Light/sinar matahari

–          Peningkatan intensitas sinar matahari menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada masing-masing temperature, karena kebutuhan intensitas cahaya akan semakin besar bila temperature semakin tinggi dan sebaliknya jika temperature rendah maka intensitas cahaya juga rendah.

  1. Angin

–          Angin berpengaruh langsung dan tidak langsung, pengaruh langsung angin dapat menyebabkan kerusakan tebu, pengaruh tidak langsung, angin, berpengaruh pada proses transpirasi, kelembaban tanah dan kelembaban udara.

 

  1. Lodging

–          Pada kondisi tebu roboh akan menyebabkan timbulnya suckers, untuk tumbuh suckers mengambil makanan dari tebu tua sehingga menyebabkan turunnya rendemen. Percobaan yang dilakukan oleh Borden dengan menggunakan pot experiment menunjukkan bahwa tebu yang roboh/rebah pada saat berumur 8 bulan dan kemudian dipanen 5 bulan kemudian gula yang dihasilkan akan turun 25%.

  1. Kondisi fisika tanah/physical condition of the soil

–          Struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tebu, tanah dengan struktur tanah ringan pertumbuhan akan lebih cepat dibanding tanah yang berstruktur berat.

  1. Leaf surface/permukaan daun

–          Banyak sedikitnya permukaan daun berpengaruh pada tingkat asimilasi tumbuhan yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan.

Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan akar:

Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal

  1. Varietas

–          Varietas dengan sisitem perakaran yang lebar akan mengahasilkan produksi yang rendah.

  1. Ratoon.

–          System perakaran pada tanaman ratoon lebih pendek/dangkal dibandingkan tanaman pertama dan biasanya akar tanaman ratoon sudah tua sehingga lebih lambat dalam penyerapan unsure hara.

  1. Temperature

–          Temperature minimum untuk pertumbuhan akar adalah 43-540F sedangkan suhu yang tebaik untuk pertumbuhan adalah pada suhu sekitar 860F.

  1. Light/sinar matahari

–          Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh intensitas cahaya, pada percobaan tanaman yang diberi cahaya ternyata pertumbuhan akar memenuhi seluruh pot, namun pada tanaman yang tidak diberi cahaya akarnya hanya memenuhi sebagian pot.

  1. Aeration/sirkulasi udara

–          Akar tebu memerlukan oxygen untuk respirasi karena akar tebu termasuk aerotropic, ketika akar kekurangan Oxygen/O2 maka akar akan mengarahkan pertumbuhannya ke arah yang ada oxigennya.

  1. Kelembaban tanah

–          Tanah dengan kelembaban yang cukup akan menyebabkan pertumbuhan akar tebu tumbuh subur. Beberapa varietas dapat hidup di tanah yang sangat kering dan ada juga yang dapat hidup ditanah yang becer seperti di wilayah india. Di india pernah ditemukan tebu CO 205 yang tumbuh di daerah becer selama 5 bulan yang pada saat panen brix tebu mencapai 18%.

  1. Acidity/tingkat keasaman/pH

–          Akar tanaman tebu akan tumbuh baik pada pH tanah 6.1-7.7, pH tanah yang asam akan lebih berbahaya dari pada tanah yang bersifat alkali.

  1. Pupuk

–          Pertumbuhan Akar tidak dipengaruhi oleh pupuk karena akar tidak bersifat chemotropics. Akar tidak akan merubah arah pertumbuhannya ke tempat dimana pupuk di letakkan.

  1. Cultivation/olah tanah

–          Pengolahan tanah diharapkan sampai lapisan subsoil, dengan harapan tanaman akan dapat bertahan pada kondisi kering karena akar akan tumbuh lebih dalam selain itu dengan perakaran yang kuat tebu tidak akan mudah roboh dan tidak mudah diserang oleh hama akar.

  1. Angin

–          Tanaman tebu didaerah yang banyak angin cenderung tumbuh kerdil namun pertumbuhan akarnya semakin meningkat.

 

 

 

 

IV. FASE PEMASAKAN/PENGISIAN GULA**

–             Fase pemasakan fotosintat hasil fotosintesis yang terjadi lebih besar daripada yang dirombak untuk pertumbuhan vegetative tebu.

–             Kelebihan fotosintat ini disimpan dalam bentuk gula didalam ruas-ruas pada batang tebu

–             Pada fase ini air tanah harus sudah berkuarang sampai habis, kadar N ditanah juga sudah harus habis, sebaliknya peranan hara K lebih dominan, sementara beda suhu udara siang dan malam  hari besar/yang baik > 100c. Kondisi lingkungan seperti ini biasanya terjadi pada akhir musim penghujan yakni mei s.d juli.

–             Pada fase ini akan terjadi gejala kenaikan rendemen pada batang terutama pada bagian ujungnya.

–             Bila kondisi yang diharapkan tidak terjadi, misalnya air masih banyak ditanah maka penggunaan senyawa zat pemacu kemasakan bisa disarankan.